Kelemahan Amerika membuat orang Amerika terbunuh. Itulah tema umum pemerintahan Biden-Harris.
Sabtu lalu, dunia beradab berduka setelah mengetahui bahwa Hamas telah membunuh secara brutal enam sandera yang diculiknya selama serangan teror 7 Oktober. Militer Israel menemukan mayat-mayat itu di sebuah terowongan di bawah Rafah. Di antara yang tewas adalah Hersh Goldberg-Polin, seorang warga Amerika keturunan Israel. Orang tuanya, Jon Polin dan Rachel Goldberg-Polin, bekerja keras menyerukan pembebasan putra mereka. Mereka bahkan berbicara di Konvensi Nasional Demokrat.
Baik Presiden Joe Biden maupun Wakil Presiden Kamala Harris mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan kemarahan mereka.
“Kami akan terus bekerja sepanjang waktu untuk mencapai kesepakatan guna mengamankan pembebasan sandera yang tersisa,” kata Biden dalam pernyataannya.
Foto-foto Biden yang sedang bersantai di pantai di Rehoboth, Delaware, akhir bulan lalu menceritakan kisah yang berbeda. Meskipun seorang presiden tidak pernah libur, wajar untuk bertanya-tanya seberapa terlibatnya Biden dalam urusan dunia. Jadwal publiknya sangat sedikit. Kemunculannya yang jarang tidak menginspirasi kepercayaan pada ketajaman mentalnya. Hasilnya sangat buruk.
Masalah terbesarnya adalah Biden dan Harris telah lama mengambil pendekatan yang salah dalam menghadapi Hamas. Ketika orang atau negara memiliki nilai yang sama, kompromi mungkin dilakukan, bahkan lebih baik. Anda dapat mencari titik temu dan menemukan solusi yang saling menguntungkan. Anda bahkan dapat mengalah sedikit untuk menjaga hubungan.
Itu tidak disarankan atau bahkan tidak praktis ketika satu pihak dalam negosiasi ingin menghancurkan pihak lain. Dan itulah yang terjadi di sini.
“Israel akan tetap ada dan akan terus ada hingga Islam menghancurkannya, sebagaimana sebelumnya ia telah menghancurkan negara-negara lain,” demikian pernyataan piagam Hamas tahun 1988.
“Kami lebih mencintai kematian daripada kalian mencintai kehidupan,” kata pemimpin Hamas Mohammed Deif satu dekade lalu.
Namun Biden terus meremehkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Pada hari Senin, Biden mengatakan dia tidak berpikir pemimpin Israel itu melakukan cukup banyak hal untuk membawa pulang para sandera. Bicara tentang menciptakan insentif yang menyimpang. Biden memberi Hamas kemenangan propaganda setelah membunuh seorang Amerika.
“Ancaman yang ditimbulkan Hamas terhadap rakyat Israel — dan warga negara Amerika di Israel — harus dihilangkan,” kata Harris dalam pernyataannya.
Setuju. Jadi mengapa pemerintahan Biden-Harris belum melakukannya?
Biden suka menggambarkan dirinya sebagai simpatisan utama. Saat ini, negara itu — dan warga Amerika yang masih disandera Hamas — membutuhkannya sebagai panglima tertinggi. Gunakan militer terkuat di dunia untuk membebaskan para sandera atau gunakan untuk mengakhiri Hamas untuk selamanya.
Las Vegas Review-Journal/Layanan Berita Tribune
Mohon maaf, Foto memang tidak relevan. Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Klik Laporkan. Terima Kasih